Dinsdag 28 Mei 2013


Mendekati  hari UKK, aku kembali merasakan kencangnya detakkan jantungku. Keinginanku masuk jurusan IPA entah tercapai atau tidak. Sejak awal aku memang ingin masuk jurusan IPA. Keinginanku sangat besar, sampai –sampai banyak nazar yang aku janjikan kepada teman maupun saudara. Persiapan UAS semester ini telah aku persiapkan lebih matang dibanding ujian sebelumnya. Aku memang sedikit ketinggalan pelajaran dibanding siswa lain, bagaimana tidak mereka banyak yang berasal dari SMP ternama dan berkualitas, sedangkan aku sekolah di SMP terpencil di kabupaten Muaro Jambi. Susah payah aku mengejar ketertinggalanku. Aku merasa perbedaan yang amat sangat jauh di kota jogja ini dengan pendidikan yang ada di tempat asalku.
                Setiap ujian tiba aku pasti mengalami kebingungan dan tidak paham akan materi yang diajarkan oleh guru. Alhasil disaat penerimaan raport aku mendapatkan hasil raport yang tidak memuaskan dan nilai IPAku selalu saja di bawah KKM ataupun pas-pasan. Sedih, kecewa,  dan penyesalan yang selalu aku rasakan. Olokan saudara, teman-teman bahkan diriku sendiri selalu mengganggu otakku.  Hanya beberapa guru dan beberapa temanku serta Orang tuaku lah yang selalu menyemangatiku dan meyakiniku bahwa aku pasti bisa. Berbagai metode aku lakukkan dengan kurangnya kemaksimalan dan keseriusan. Inilah aku yang selalu bermain. Sering aku merenung tentang bodohnya diriku dan kasiannya nasibku.  Sebelum UKK, jauh-jauh hari aku memutuskan untuk meninggalkan aktifitas dan kebiasaanku yang dapat menghancurkan cita-citaku ini. Banyak orang yang menertawakan cita-citaku dan aku pun tak mempunyai banyak keyakinan  akan terwujudnya cita-citaku ini. Dokter, angin berhembus kencang, petir menggeledar kemana-mana, pohon-pohon pada terbang, orang buta melihat, orang bisu berbicara, kucing bertelur bilamana aku membicarakan cita-citaku ini. Itu merupakan cita-cita orang yang beruntung,bagiku mungkin itu hanyalah mimpi belaka. Tetapi bukan mimpi bila tidak punya harapan untuk terwujudnya.
                Ada salah seorang guru disekolahku dia mengajarkanku bersifat egois dalam hal pelajaran, banyak metode belajra yang dia berikan terhadapku. Kesehariannya selalu aku telisik dan aku cermati, jengkal demi jengkal aku ambil mana yang menurutku penting. Guru itu mengajakku menuju kewajibanku sebagai pelajar. Guru itu aku anggap adalah guru yang perhatian dan royal. Beliau tidak sungkan menceritakan dan mendengarkan masalah yang terjadi di kehidupan beliau dan anak didiknya. Di kelas beliau merupakan raja tetapi beda jauh bila di luar beliau berubah menjadi momok yang menyenangkan dan sahabat yang setia. Beliau berkepribadian ganda.  Beliau menantangku untuk meraih nilai yang baik. Aku menerima tantangannya. Sekarang tinggal usaha yang dapat aku lakukkan dan menunggu hasil UKK ku serta hasil penjurusanku. Aku berjanji tidak akan mengecewakan beliau dan orang tuaku. Terimakasih tuhan terimakasih semua. Dekatkan aku pada dirimu dan berikan yang terbaik untukku.
               

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking