Mendekati hari UKK, aku kembali merasakan kencangnya
detakkan jantungku. Keinginanku masuk jurusan IPA entah tercapai atau tidak. Sejak
awal aku memang ingin masuk jurusan IPA. Keinginanku sangat besar, sampai –sampai
banyak nazar yang aku janjikan kepada teman maupun saudara. Persiapan UAS
semester ini telah aku persiapkan lebih matang dibanding ujian sebelumnya. Aku memang
sedikit ketinggalan pelajaran dibanding siswa lain, bagaimana tidak mereka
banyak yang berasal dari SMP ternama dan berkualitas, sedangkan aku sekolah di
SMP terpencil di kabupaten Muaro Jambi. Susah payah aku mengejar
ketertinggalanku. Aku merasa perbedaan yang amat sangat jauh di kota jogja ini dengan
pendidikan yang ada di tempat asalku.
Setiap ujian
tiba aku pasti mengalami kebingungan dan tidak paham akan materi yang diajarkan
oleh guru. Alhasil disaat penerimaan raport aku mendapatkan hasil raport yang
tidak memuaskan dan nilai IPAku selalu saja di bawah KKM ataupun pas-pasan. Sedih,
kecewa, dan penyesalan yang selalu aku
rasakan. Olokan saudara, teman-teman bahkan diriku sendiri selalu mengganggu
otakku. Hanya beberapa guru dan beberapa
temanku serta Orang tuaku lah yang selalu menyemangatiku dan meyakiniku bahwa
aku pasti bisa. Berbagai metode aku lakukkan dengan kurangnya kemaksimalan dan
keseriusan. Inilah aku yang selalu bermain. Sering aku merenung tentang
bodohnya diriku dan kasiannya nasibku. Sebelum
UKK, jauh-jauh hari aku memutuskan untuk meninggalkan aktifitas dan kebiasaanku
yang dapat menghancurkan cita-citaku ini. Banyak orang yang menertawakan
cita-citaku dan aku pun tak mempunyai banyak keyakinan akan terwujudnya cita-citaku ini. Dokter,
angin berhembus kencang, petir menggeledar kemana-mana, pohon-pohon pada
terbang, orang buta melihat, orang bisu berbicara, kucing bertelur bilamana aku
membicarakan cita-citaku ini. Itu merupakan cita-cita orang yang beruntung,bagiku
mungkin itu hanyalah mimpi belaka. Tetapi bukan mimpi bila tidak punya harapan
untuk terwujudnya.
Ada salah
seorang guru disekolahku dia mengajarkanku bersifat egois dalam hal pelajaran,
banyak metode belajra yang dia berikan terhadapku. Kesehariannya selalu aku
telisik dan aku cermati, jengkal demi jengkal aku ambil mana yang menurutku
penting. Guru itu mengajakku menuju kewajibanku sebagai pelajar. Guru itu aku
anggap adalah guru yang perhatian dan royal. Beliau tidak sungkan menceritakan
dan mendengarkan masalah yang terjadi di kehidupan beliau dan anak didiknya. Di
kelas beliau merupakan raja tetapi beda jauh bila di luar beliau berubah
menjadi momok yang menyenangkan dan sahabat yang setia. Beliau berkepribadian
ganda. Beliau menantangku untuk meraih
nilai yang baik. Aku menerima tantangannya. Sekarang tinggal usaha yang dapat
aku lakukkan dan menunggu hasil UKK ku serta hasil penjurusanku. Aku berjanji
tidak akan mengecewakan beliau dan orang tuaku. Terimakasih tuhan terimakasih
semua. Dekatkan aku pada dirimu dan berikan yang terbaik untukku.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking