Dinsdag 09 April 2013

karangan bebas of Sesungguhnya cinta itu ada


D
i liburan semester I ini aku bingung untuk menentukan kemana aku pergi. Ada 2 acara yang membuat aku bingung menentukkan pilihan. Sementara itu, aku sendiri ingin pulang ke kota asalku yaitu jambi, ya benar jambi. Disamping itu aku juga harus mengikuti acara organisasiku di sekolah  untuk melaksanakan DIKLATSAR. DIKLAT ini  wajib dilaksanakan oleh semua calon anggota yang ingin menjadi anggota KPGR LG MAN 1 dan sementara itu hanya dilaksanakan 1 tahun sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti DIKLAT KPGR LG ke XIII. Meskipun kedua orang tuaku harus bersabar menunggu kedatanganku di liburan semester II atau lebaran nanti. Aku sebenarnya berat untuk memutuskan kemana aku harus pergi. Tapi tetap kubulatkan tekad untuk berangkat ke ndeles, klaten. Di ndeles ini lah aku dilantik untuk menjadi anggota KPGR LG.   dan mental yang kuat serta kesabaran yang lebih. Kami berhasil sampai ke titik-titik yang sudah ditentukkan walau beberapa kali kami tersesat. Kami puas setelah melihat pemandangan alam yang sangat luar biasa. Pendidikan ini berlangsung selama 4 hari 3 malam. Acara inti pun segera dimulai yaitu pelantikkan. Dan disitullah awal aku mulai resmi menjadi anggota KPGR. Bukan hal mudah untuk mendapatkan dan dilantik pada saat itu. Senyum bahagia yang hanya keluar dari diriku dan peserta pendidikan lainnya. Pagi hari kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Madrasah dan dari Madrasah kami pulang ke rumah masing-masing. Setelah sampai kos, aku beristirahat. Selang beberapa hari aku menelfon ke nomor ibuku untuk mencritakan semua yang aku alami saat pendidikan. Seperti keinginanku saat berada di Deles Merapi. Dengan nada yang sangat gembira aku sampaikan cerita itu kepada ibuku.
Awalnya aku berfikir disana aku akan bergembira ria. Tebakkan ku meleset, aku tidak berfikir sama sekali ternyata aku disana di beri pendidikan yang luar biasa, pendidikan yang belum pernah aku dapatkan oleh siapapun dan dari siapapun. Disana aku belajar bagaimana cara menghargai waktu, alam, teman, diri kita sendiri dan menjaga apa yang telah diciptakan serta diberikan oleh Allah ke pada kita. Kita belajar bukan dari orang yang melantik kita tetapi kita belajar dari diri kita sendiri dan Alam. Aku di beri suatu amanah yang harus aku jaga sampai pendidikan selesai. Syukurnya amanah itu bisa aku jaga sampai Pendidikan selesai. Di setiap sela-sela kesibukkanku, pikiranku selalu tidak lepas dengan keluargaku yang ada di jambi. Rasanya aku ingin pulang pada saat itu. selesai pendidikan ini, banyak cerita yang harus aku sampaikan kepada ibuku. Aku beserta kelompokku berhasil menghadapi rintangan yang ada serta tugas yang diberikkan. Pendidikan ini memang butuh tekad, fisik
10 hari setelah pendidikan aku menerima kabar yang menyedihkan. Aku mendapatkan kabar ini dari temanku bahwa ayahku sedang sakit keras dan sudah dirawat selama 9 hari di salah satu rumah sakit. Berarti sama halnya saat aku melaksanakan DIKLAT. Aku tak kuasa menahan air mataku saat mengetahui informasi itu. Ada rasa kecewa  terhadap kedua orang tuaku dan keluargaku mengapa mereka tidak memberitahukan ini semua sejak awal. Aku sempat memarahi ibu dan ayahku, walaupun rasanya aku telah melakukkan dosa yang sangat besar karena telah memarahi mereka. Mereka melontarkan berbagai macam alasan agar aku tidak marah dan merasa kecewa lagi. Yang anehnya lagi kenapa aku tidak curiga selama aku menelfon ibuku aku tidak pernah mendengar suara ayahku dan saat aku bertaanya kepada ibu,  ibuku hanya menjawab bahwa ayahku sedang keluar rumah. Ternyata ayahku sedang terbaring lemas di atas kasur rumah sakit. Penyakit ayahku ini termasuk penyakit yang tergolong parah. Dia sudah sejak lama menderita penyakit Diabetes. Tetapi baru-baru ini penyakitnya kambuh. Gula darahnya naik drastis, kakinya membengkak merah dan badannya tidak bertenaga itu yang aku ketahui dari temanku.
Sekarang ayahku sudah membaik. Setelah rutin meminum obat dari dokter dan melakukkan cek 1 minggu sekali. Tanpa aku sadari ternyata aku sangat sayang kepada ayahku, padahal bila dirumah aku selalu melawannya dan aku mengharapkan dia lenyap dalam hidupku.  Dari dulu memang aku tidak pernah akur dengannya. Dulu aku selalu berburuk sangka dengan ayahku. Mungkin selama aku hidup aku memang jarang mendapatkan sosok seorang ayah. Ayahku sangat sibuk, ia lebih mementingkan pekerjaan dan hobinya dari pada keluarganya. Aku selalu iri kepada teman-temanku yang setiap berangkat sekolah diantar oleh ayah atau ibu mereka. Selalu diperhatikan oleh ayah mereka. Sedangkan aku jarang sekali mendapat perilaku seperti itu. Serasa seperti hidup sendiri. bila hari libur aku baru bisa bertemu dengan ayahku atau  saat dia dirumah aku hanya bias bertemu di malam hari. Kejadian itu terus menerus berlangsung sampai akhirnya aku berpiukiran bahwa aku tidak akan pernah membutuhkan sosok ayah. Menurutku sosok ayah hanya bisa dinikmati oleh orang yang beruntung dan tentunya aku tidak masuk dalam golongan tersebut. Semua keluargaku memang sudah mengetahui bahwa aku dan ayahku tidak pernah ada kecocokan walaupun ayahku selalu ingin mengambil hatiku. Tetapi tetap saja aku membencinya. Ayahku tidak sadar akan keinginanku yang sebenarnya, bukan mainan, baju atau pun makanan yang aku inginkan tetapi kasih sayang serta perhatian yang selalu aku dapatkan dari kedua orang tuaku. Dari kecil hingga besar aku dan kakak perempuanku lebih dekat dengan ibu daripada ayah. Saat kakakku kelas 6 SD dia melanjutkan pendidikannya di Jogja dan tinggalalah aku sendiri. Aku berpikir mungkin setelah kakaku pergi aku makain tambah diperhatikkan terhadap keluargaku. Lagi-lagi salah tebakkanku. Ayah ku tetap saja sibuk dengan pekerjaannya.
Saat aku memasuki Sekolah Menengah Atas. Aku semakin nakal dan berani kepada ayahku. Aku seperti tidak mengenal ayahku saja. Tidak pernah ada rasa takut sedikitpun hanya saja tertinggal sedikit rasa segan karena aku masih memandang ibuku. Aku tidak mau melihat ibuku sedih karena aku sangat menyayanginya. Ibuku mengaku bahwa sebenarnya dia tidak sanggup melihat pertengkaran aku dan ayahku. Ibukku selalu member nasihat dan semangat buatkku dan dia tidak pernah membela siapapun, dia melihat semua keadaan dari dua sisi. Sosok ibulah yang selalu menjadi obat berharga dalam hidupku. Sampai akhirnya aku mengalami peristiwa yang luar biasa rumit akibat kenakalanku. Aku sempat berurusan dengan polisi tapi untunglah aku beruntung dan terbebas dari masalah itu. Melihat tingkah dan ulahku semakin menggila ayah ku memutuskan untuk pindah pekerjaan dan mengurangi semua hobinya. Dia mengetahui semua kenakalanku dari anak-anak buahnya. Ayahku tidak berani untuk memarahiku mungkin dia sadar ini sebagian dari kesalahan dia sendiri.
Setelah kejadian ini aku baru menyadari ternyata aku sangat mencintainya dan menyayangi. Ternyata dia sangat penting dan berharga dalam hidupku. Liburan ini menurutku liburan yang paling berharga dan menantang. Aku mendapatkan banyak sekali pelajaran. Banyak yang harus aku perbaiki dan harus aku pertahankan lagi. Aku juga bertekad ingin memperbaiki hidupku agar menjadi lebih baik lagi.