D
|

Awalnya aku berfikir disana
aku akan bergembira ria. Tebakkan ku meleset, aku tidak berfikir sama sekali
ternyata aku disana di beri pendidikan yang luar biasa, pendidikan yang belum
pernah aku dapatkan oleh siapapun dan dari siapapun. Disana aku belajar
bagaimana cara menghargai waktu, alam, teman, diri kita sendiri dan menjaga apa
yang telah diciptakan serta diberikan oleh Allah ke pada kita. Kita belajar
bukan dari orang yang melantik kita tetapi kita belajar dari diri kita sendiri
dan Alam. Aku di beri suatu amanah yang harus aku jaga sampai pendidikan
selesai. Syukurnya amanah itu bisa aku jaga sampai Pendidikan selesai. Di setiap
sela-sela kesibukkanku, pikiranku selalu tidak lepas dengan keluargaku yang ada
di jambi. Rasanya aku ingin pulang pada saat itu. selesai pendidikan ini,
banyak cerita yang harus aku sampaikan kepada ibuku. Aku beserta kelompokku
berhasil menghadapi rintangan yang ada serta tugas yang diberikkan. Pendidikan
ini memang butuh tekad, fisik
10 hari setelah pendidikan aku
menerima kabar yang menyedihkan. Aku mendapatkan kabar ini dari temanku bahwa
ayahku sedang sakit keras dan sudah dirawat selama 9 hari di salah satu rumah
sakit. Berarti sama halnya saat aku melaksanakan DIKLAT. Aku tak kuasa menahan
air mataku saat mengetahui informasi itu. Ada rasa kecewa terhadap kedua orang tuaku dan keluargaku mengapa
mereka tidak memberitahukan ini semua sejak awal. Aku sempat memarahi ibu dan
ayahku, walaupun rasanya aku telah melakukkan dosa yang sangat besar karena
telah memarahi mereka. Mereka melontarkan berbagai macam alasan agar aku tidak
marah dan merasa kecewa lagi. Yang anehnya lagi kenapa aku tidak curiga selama
aku menelfon ibuku aku tidak pernah mendengar suara ayahku dan saat aku bertaanya
kepada ibu, ibuku hanya menjawab bahwa
ayahku sedang keluar rumah. Ternyata ayahku sedang terbaring lemas di atas
kasur rumah sakit. Penyakit ayahku ini termasuk penyakit yang tergolong parah.
Dia sudah sejak lama menderita penyakit Diabetes. Tetapi baru-baru ini
penyakitnya kambuh. Gula darahnya naik drastis, kakinya membengkak merah dan
badannya tidak bertenaga itu yang aku ketahui dari temanku.
Sekarang ayahku sudah membaik.
Setelah rutin meminum obat dari dokter dan melakukkan cek 1 minggu sekali.
Tanpa aku sadari ternyata aku sangat sayang kepada ayahku, padahal bila dirumah
aku selalu melawannya dan aku mengharapkan dia lenyap dalam hidupku. Dari dulu memang aku tidak pernah akur
dengannya. Dulu aku selalu berburuk sangka dengan ayahku. Mungkin selama aku
hidup aku memang jarang mendapatkan sosok seorang ayah. Ayahku sangat sibuk, ia
lebih mementingkan pekerjaan dan hobinya dari pada keluarganya. Aku selalu iri
kepada teman-temanku yang setiap berangkat sekolah diantar oleh ayah atau ibu
mereka. Selalu diperhatikan oleh ayah mereka. Sedangkan aku jarang sekali
mendapat perilaku seperti itu. Serasa seperti hidup sendiri. bila hari libur
aku baru bisa bertemu dengan ayahku atau saat dia dirumah aku hanya bias bertemu di
malam hari. Kejadian itu terus menerus berlangsung sampai akhirnya aku
berpiukiran bahwa aku tidak akan pernah membutuhkan sosok ayah. Menurutku sosok
ayah hanya bisa dinikmati oleh orang yang beruntung dan tentunya aku tidak
masuk dalam golongan tersebut. Semua keluargaku memang sudah mengetahui bahwa
aku dan ayahku tidak pernah ada kecocokan walaupun ayahku selalu ingin
mengambil hatiku. Tetapi tetap saja aku membencinya. Ayahku tidak sadar akan
keinginanku yang sebenarnya, bukan mainan, baju atau pun makanan yang aku
inginkan tetapi kasih sayang serta perhatian yang selalu aku dapatkan dari
kedua orang tuaku. Dari kecil hingga besar aku dan kakak perempuanku lebih
dekat dengan ibu daripada ayah. Saat kakakku kelas 6 SD dia melanjutkan
pendidikannya di Jogja dan tinggalalah aku sendiri. Aku berpikir mungkin
setelah kakaku pergi aku makain tambah diperhatikkan terhadap keluargaku.
Lagi-lagi salah tebakkanku. Ayah ku tetap saja sibuk dengan pekerjaannya.

Setelah kejadian ini aku baru
menyadari ternyata aku sangat mencintainya dan menyayangi. Ternyata dia sangat
penting dan berharga dalam hidupku. Liburan ini menurutku liburan yang paling
berharga dan menantang. Aku mendapatkan banyak sekali pelajaran. Banyak yang
harus aku perbaiki dan harus aku pertahankan lagi. Aku juga bertekad ingin
memperbaiki hidupku agar menjadi lebih baik lagi.